PENGELOLAAN RESIKO
v Pengertian
Resiko
Resiko
bisa didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan yang mengakibatkan terjadinya suatu kerugian(Ardis-Comer,1987:9).
Kerugian berupa musnahnya atau rusaknya atu tidak berfungsinya seluruh atau
sebagian dari harta kekayaan dan atau kepentingan lainnya yang diakibatkan oleh
peristiwa yang disebabkan oleh risiko tertentu pada waktu tertentu dan pada
tempat tertentu. William dan Heins (1967;70 menyatakan bahwa risiko adalah
berbagai kemungkinan kejadian yang terjadi dalam satu situasi tertentu.
Sedangkan pakar lain menyatakan, risiko adalah kejadian yang tida pasti yang
menimbulkan kerugian ekonomis (Green dan Serbein, 1983;24).
Menurut Vaughan dan Emmet J dalam
bukunya Risk and Insurance resiko dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Risk
in the chance off loss ( resiko adalah kans kerugian)
Change of loss biasanya
dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat keterbukaan
(exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Chance sering
digunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi
tertentu. Berhubungan
dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian.Dalam ilmu
statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
Risk in the chance of loss dibagi menjadi :
v Risk is the possibility of loss
(Risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
v Risk is uncertainty (Risiko adalah
ketidakpastian).
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.
v Risk is the dispersion of actual
from expected results (Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang
diharapkan). Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan
sesuatu nilai disekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
v Risk is the probability of any
outcome different from the one expected (Risiko adalah probabilitas sesuatu
outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut definisi di atas,
risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari
beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.
b. Risk
is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah “possibility”
berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu.
c. Risk
is uncertainly (resiko adalah ketidakpastian)
Resiko berhubungan
dengan ketidakpastiaan (uncertainly) yaitu adanya resiko, karena
ketidakpastian.
Menurut
mark R.Green dan Oscar N.Serbein dalam bukunya Risk management, tidak ada
definisi yang bersifat universal. Pengertian resiko mempunyai artii yang
berbeda-beda berganttung kepada penggunaannya. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan
yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
v Penggolongan Risiko
Resiko digolongkan menjadi :
Resiko digolongkan menjadi :
1. Resiko yang dapat diukur dan risiko
yang tidak dapat diukur
Penyimpangan secara relatif antara kenyataan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian tersebut, dimana pengukuran diadakan untuk
jangka waktu yang cukup besar jumlahnya, sehingga secara statistik dapat diukur
kemungkinannya (probabilitasnya) secara lebih wajar dan tepat.
Resiko yang tidak dapat diukur adalah ketidakpastian secra
psikologis dimana lebih bersumber padaa tingkah laku, mental, pengalaman
ataupun pandangan hidup dari orang yang bersangkutan.
2. Resiko perorangan dan resiko
kebendaan
Resiko perorangan adalah resiko murni yang dapat menimpa
orang, seperti kematian orang dan resiko kehilangan mata pencaharian akibat
usia lanjut, sakit ataupun pengangguran.
Resiko kebendaan adalaah resiko yang dapat menimpa benda
seperti rumah, pabrik, kendaraan bermotor dan sebagainya. Resiko tersebut dapat
terdiri dari resiko kebakaran, kerusahan, gempa bumi, banjir dan sebagainya.
3. Resiko statis dan risiko dinamis
Resiko dinamis adalaah resiko-resiko yang timbul akibat dari
suatu keadaan yang terus berubah, seperti keadaan sosial yang berubah,
lingkungan yang berubah, perubahan tekhnologi dan sebagainya.
Resiko statis adalah resiko-resiko yang selalu ada walaupun
tidak terjadi perubahan-perubahan keadaan, seperti resiko kebakaran. Pada
umumnya resiko-resiko statis ini digolongkan sebagai pure risk.
4. Resiko fundamental dan risiko khusus
Resiko Fundamental adalah resiko yang menyangkut rakyat
banyak, seperti resiko dinamis dan resiko statis fenomenal, seperti gempa bumi,
letusan gunung berapi dan sebagainya. Resiko khusus adalah resiko yang
mengancam orang perseorangan, seperti kebakaran, istilah resiko khusus juga
dipakai dalam arti bahaya selain kebakaran yang diasuransikan sebaagai
tambahan.
5. Resiko murni dan risiko spekulatif
Pure risk atau resiko murni adalah resiko yang bila terjadi
daapat mendatangkan kerugian saja dan tidak dapat menimbulkan keuntungan. Pada umumnya
resiko murni ini dapat diasuransikan. Spekulatif risk ini adalah resiko yang
bila terjadi dapat menimbulkan kerugian dan sekaligus mendatangkan keuntungan.
v Manajemen atau Pengelolaan resiko
Pengelolaan
resiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak
milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya
kerugian karena adanya suatu risiko. Proses pengelolaan risiko yang mencakup
identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan
usaha atau aktivitas perusahaan. Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan /pengelolaan
sumber daya.
Manajemen
atau pengelolaan resiko merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
tertentu baik dalam kehidupan individu, keluarga maupun sebagai anggota
masyarakat dalam bidang usaha, sosial, politik dan sebagainya. Dalam pengertian
lain, manajemen resiko adalah suatu sitem pengawasan resiko dan perlindungan
atas harta milik, keuntungan serta keuangan milik suuatu badan usaha ataupun
perorangan, dimana resiko disini bbersifat statis/murni saja.
v Tujuan Manajemen atau Pengelolaan Resiko
Tujuan
manajemen resiko adalah meminimalkan berbagai dampak yang merugikan sebagai
akibat dari timbulnya resiko pada tingkat biaya yang paling minimum sejalan
dengan sasaran dan tujuan perusahaan atau keluarga(Williams,1976:7). Sementara
pakar lain berpendapat bahwa tujuan manajemen resiko adalah merencanakan sumber
daya secara efektif guna mengembalikan keseimbangan dan keefektifan operasional
organisasi sesudah mengalami gangguan kerugian yang sangat hebat (Greene &
Serbein, 1983;4).
v Proses Pengelolaan Resiko
Menurut COSO, proses manajemen
risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap), antara lain :
1.
Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.
2.
Objective
setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu
(1) operations objectives
(2) reporting objectives
(3) compliance objectives.
Risk
tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian objective yang
dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak modern seperti
pengiriman SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar
akan mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%, dalam
hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan penyediaan fasilitas
tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu
organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan risk tolerance adalah 0%.
3. Event identification (Identifikasi
risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks).
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu
(1) Exposure analysis
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks).
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu
(1) Exposure analysis
(2) Environmental analysis
(3) Threat scenario
(4) Brainstorming questions.
Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba
mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial
assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan
informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian
risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank.
4. Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu:
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu:
(1) Qualitative techniques
Qualitative techniques menggunakan
beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan
internal audit reviews
(2) Quantitative techniques.
Quantitative techniques data
berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based,
non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan
benchmarking.
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun, bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan dalam common event categories, dan dinilai secara aggregate.
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun, bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan dalam common event categories, dan dinilai secara aggregate.
5. Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa:
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa:
(1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan
yang menyebabkan risiko
(2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi
likelihood atau impact dari risiko
(3) sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama
risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain
(4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya
risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.
6. Control activities
(Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi:
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi:
(1) integritas dan nilai etika
(2) kompetensi
(3) kebijakan dan praktik-praktik SDM
(4) budaya organisasi
(5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen
(6) struktur organisasi
(7) wewenang dan tanggung jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa:
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa:
(1) pembuatan kebijakan dan prosedur
(2) pengamanan kekayaan organisasi
(3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi
(4) supervisi atasan.
Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan
manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi
dapat menjadi optimal.
7. Information and communication
(Informasi dan komunikasi)
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi. Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi:
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi. Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi:
(1) appropriate
(2) timely
(3) current
(4) accurate
(5) accessible
Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal.
Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan
pesan-pesan melalui media elektronis.
8. Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.
Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.
Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.
v Pengelolaan
Risiko
Ada beberapa strategi yang dapat dijalankan untuk mengelola risiko, yaitu dengan pola pengantisipasian berdasarkan :
Ada beberapa strategi yang dapat dijalankan untuk mengelola risiko, yaitu dengan pola pengantisipasian berdasarkan :
1. Strategi
menghindar
2. Strategi mengurangi
3. Strategi
mengalihkan, dan
4. Strategi
mendanai sendiri
v Sikap dan Manfaat
Risiko
Sikap orang dalam menghadapi risiko dengan sikap yang berbeda – beda. Ada yang berusaha menghindar, ada yang berani menghadapi risiko, sementara yang lainya ada juga bersifat apatis, tidak peduli, atau tidak terpengaruh oleh kemungkinan datang risiko.
Sikap orang dalam menghadapi risiko dengan sikap yang berbeda – beda. Ada yang berusaha menghindar, ada yang berani menghadapi risiko, sementara yang lainya ada juga bersifat apatis, tidak peduli, atau tidak terpengaruh oleh kemungkinan datang risiko.
v Manfaat Menangani Risiko
Manajemen perusahaan yang mampu menangani risiko dengan baik akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
Manajemen perusahaan yang mampu menangani risiko dengan baik akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1.
Dapat memperlancar
fungsi operasional perusahaan
2.
Memungkinkan terhindar
dari kerugian besar atau kebangkrutan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa
luar biasa.
Dapat memperlancar tujuan perusahaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar